fbpx
Tata Cara Aqiqah dalam Islam: Ungkapan Syukur dan Kewajiban Keluarga

Tata Cara Aqiqah dalam Islam: Ungkapan Syukur dan Kewajiban Keluarga

Tata Cara Aqiqah dalam Islam: Ungkapan Syukur dan Kewajiban Keluarga

Aqiqah adalah salah satu praktik penting dalam Islam yang melibatkan penyembelihan hewan sebagai ungkapan syukur atas kelahiran seorang bayi. Artikel ini akan menjelaskan hukum, syarat, tata cara, dan waktu pelaksanaan aqiqah dengan detail.

Aqiqah berasal dari kata ‘aqqa’, yang awalnya merujuk pada rambut yang tumbuh di kepala bayi saat lahir. Namun, seiring waktu, aqiqah telah berkembang menjadi tradisi penyembelihan hewan sebagai tanda syukur kepada Allah SWT atas kelahiran bayi. Tradisi ini juga sering disertai dengan mencukur rambut bayi, baik untuk bayi laki-laki maupun perempuan.

Dalam istilah agama, aqiqah adalah proses penyembelihan hewan ternak yang biasanya dilakukan pada hari ketujuh setelah kelahiran bayi. Dalil yang mendukung aqiqah adalah hadis yang diriwayatkan dari Ummu Kurz Al-Ka’biyah, di mana Rasulullah SAW bersabda, “Untuk anak laki-laki adalah dua ekor kambing yang sepadan, dan untuk anak perempuan adalah satu ekor kambing.”cukur rambut bayi, aqiqah

Hukum Aqiqah

Hukum pelaksanaan aqiqah memiliki perbedaan dalam berbagai mazhab. Menurut Sayyid Sabiq, dalam buku “Fiqih Sunnah 5”, aqiqah adalah sunnah muakkadah (sangat dianjurkan), meskipun sang bapak dalam kekurangan. Sunnah muakkadah berarti ibadah yang sangat dianjurkan, dan pahala akan diperoleh jika dilakukan, tetapi tidak ada dosa jika ditinggalkan.

Namun, pandangan lain, seperti Laits dan Dawud azh-Zhahiri, berpendapat bahwa aqiqah adalah wajib. Hukum-hukum yang berlaku dalam kurban juga berlaku dalam aqiqah, tetapi patungan dalam aqiqah tidak diperbolehkan.

Jika orang tua tidak mampu untuk menyembelih dua ekor kambing, membeli satu ekor kambing juga diizinkan. Selain penyembelihan, disunnahkan juga memilih nama yang baik untuk anak, mencukur rambutnya, dan memberikan sedekah dengan perak seberat timbangan rambut bayi jika memungkinkan.

Syarat Aqiqah

Dalam melaksanakan aqiqah, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sesuai dengan jenis kelamin anak:

  1. Jumlah Hewan Aqiqah
  • Untuk anak laki-laki, disarankan menyembelih dua ekor kambing atau domba.
  • Untuk anak perempuan, satu ekor kambing atau domba sudah cukup.
  • Jumlah hewan aqiqah dapat disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
  1. Kondisi Hewan Aqiqah
  • Hewan yang akan digunakan harus dalam kondisi sehat, tidak cacat, cukup umur, dan tidak kurus.
  • Umumnya, kambing aqiqah memiliki usia sekitar satu tahun dan bisa berjenis kelamin jantan atau betina.

Tata Cara Aqiqah

Setelah memahami syarat-syaratnya, perhatikan juga tata cara pelaksanaannya:

  1. Perhatikan Waktu yang Dianjurkan
  • Aqiqah sebaiknya dilakukan pada hari ketujuh setelah kelahiran bayi. Jika tidak memungkinkan, bisa dilakukan pada hari ke-14 atau ke-21.
  • Jika masih tidak bisa, aqiqah dapat dilakukan kapan saja.
  1. Mencukur Rambut Anak
  • Cukur rambut bayi hingga gundul sebagai tanda pembebasan dari godaan syaitan.
  • Cara mencukur sebaiknya dimulai dari sebelah kanan dan kemudian ke kiri.
  1. Memberikan Nama Anak
  • Orang tua dapat memberikan nama anak pada hari aqiqah, dengan memilih nama yang baik sebagai doa.
  1. Makan Bersama
  • Setelah penyembelihan hewan, dagingnya dapat dimasak terlebih dahulu dan kemudian dilakukan makan bersama.
  • Sertakan doa agar anak menjadi anak yang sholeh atau sholehah.

Manfaat Aqiqah

Pelaksanaan aqiqah memiliki berbagai manfaat, antara lain:

  1. Sarana Pendekatan Diri
  • Aqiqah dapat menjadi sarana pendekatan diri kepada Allah SWT.
  • Ini juga mencerminkan sifat murah hati dan mengalahkan kekikiran jiwa.
  1. Melepaskan Gadaian Anak
  • Aqiqah melepaskan tanggungan anak yang tergadai saat lahir.
  • Ini menciptakan kesempatan bagi anak dan orang tua untuk memberi syafaat.
  1. Melestarikan Ajaran Islam
  • Aqiqah membantu melestarikan ajaran Islam dan menggantikan kebiasaan jahiliyah.
  • Ini juga menghormati kedudukan nasab dan pertalian kekeluargaan.
  1. Bukti Rasa Syukur
  • Aqiqah adalah bukti rasa syukur yang dinyatakan melalui pemberian makanan kepada orang banyak.

Waktu Pelaksanaan Aqiqah

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, pelaksanaan aqiqah idealnya pada hari ketujuh kelahiran anak. Jika tidak memungkinkan, dapat dilakukan pada hari ke-14 atau ke-21. Namun, menurut mazhab Syafi’i, sebaiknya aqiqah tidak ditunda hingga bayi mencapai baligh, karena kesunnahan aqiqah bagi orang tua akan gugur saat anak telah baligh.

Jika anak belum menjalankan aqiqah saat masih bayi dan sekarang telah dewasa, sunnah hukumnya bagi anak untuk mengaqiqahi dirinya sendiri.

Perbedaan Aqiqah Laki-laki dan Perempuan

Perbedaan utama antara aqiqah untuk anak laki-laki dan perempuan adalah jumlah hewan yang disembelih. Pada anak laki-laki, disunahkan untuk menyembelih dua ekor kambing atau domba yang harus mirip dalam usia, jenis kelamin, dan ukuran. Sedangkan untuk anak perempuan, satu ekor kambing atau domba sudah cukup.

Meskipun ada perbedaan jumlah hewan, tata cara pelaksanaan aqiqah untuk laki-laki dan perempuan sama. Yang terpenting adalah menjalankan aqiqah dengan niat yang tulus dan penuh syukur atas kelahiran anak.

Pentingnya aqiqah dalam Islam tidak hanya sebagai kewajiban atau tindakan rutin, tetapi juga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah atas karunia kelahiran anak. Selain itu, aqiqah juga memiliki makna lebih dalam dalam memperkuat ikatan keluarga, melestarikan ajaran Islam, dan memberikan pelajaran nilai-nilai seperti murah hati dan pengorbanan kepada anak-anak.

Semoga artikel ini membantu Anda memahami lebih baik tentang hukum, syarat, tata cara, dan waktu pelaksanaan aqiqah dalam Islam. Semoga juga aqiqah yang Anda lakukan atau yang Anda saksikan menjadi momen berbahagia yang penuh makna dalam keluarga Anda.

AqiqahPlus.com adalah layanan profesional yang membantu orang tua mengurus acara aqiqah anak mereka dengan praktis dan sesuai aturan Islam. Mereka menyediakan penyembelihan hewan yang halal, pelayanan terpercaya, beragam paket pilihan, dan dapat dihubungi melalui nomor 0823-2808-0900 atau situs web www.aqiqahplus.com. Layanan ini memudahkan orang tua yang sibuk untuk merayakan aqiqah dengan khidmat dan sesuai tradisi Islam.

Tata Cara Aqiqah dalam Islam: Ungkapan Syukur dan Kewajiban Keluarga

Kapan Sebaiknya Aqiqah Dilaksanakan Menurut Sunah Nabi, Apa Boleh Saat Sudah Dewasa?

Kapan Sebaiknya Aqiqah Dilaksanakan Menurut Sunah Nabi, Apa Boleh Saat Sudah Dewasa?

Pelaksanaan aqiqah adalah salah satu tradisi penting dalam agama Islam yang dilakukan sebagai tanda syukur kepada Allah atas kelahiran seorang bayi. Namun, seringkali muncul pertanyaan mengenai waktu yang tepat untuk melaksanakan aqiqah, serta apakah boleh melakukan aqiqah saat seseorang sudah dewasa. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai waktu terbaik untuk melaksanakan aqiqah menurut sunah Nabi dan apakah aqiqah boleh dilakukan saat sudah dewasa.

Waktu Terbaik untuk Melaksanakan Aqiqah
cukur rambut bayi, aqiqah

Hukum aqiqah dalam Islam adalah sunah muakkadah, yaitu sunah yang sangat dianjurkan. Dengan demikian, pelaksanaan aqiqah adalah ibadah yang mendatangkan pahala dari Allah SWT. Para ulama sepakat bahwa aqiqah sebaiknya dilakukan oleh orang tua yang mampu secara finansial. Namun, bagi mereka yang benar-benar tidak mampu dan merasa bahwa aqiqah akan memberatkan, tidak ada sanksi dari Allah SWT jika mereka tidak melakukannya. Sebab, prinsip dasar dalam Islam adalah memudahkan manusia, bukan menyulitkan.

Hadits dan Sunah Nabi tentang Aqiqah

Aqiqah berasal dari kata Arab “al-aqiqah,” yang secara etimologis mengacu pada rambut yang tumbuh di atas kepala bayi sejak dalam kandungan ibunya hingga saat kelahiran. Secara istilah, aqiqah merujuk pada penyembelihan hewan sebagai tanda syukur atas kelahiran seorang anak pada hari ketujuh, ke-14, atau ke-21 kehidupan bayi tersebut. Proses ini juga melibatkan mencukur rambut bayi dan memberikan nama kepadanya.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Sahabat Nabi, Samurah bin Jundub, Nabi Muhammad Saw menjelaskan aqiqah sebagai berikut: “Seorang anak bayi tergadaikan dengan aqiqahnya. Aqiqah itu disembelih pada hari ketujuh, diberi nama, dan dicukur rambutnya.” (Shahih, HR Abu Dawud 2838, Tirmidzi 1552, Nasai 7/166, Ibnu Majah 3165)

Pernyataan ini diperkuat oleh tindakan Fatimah Az-Zahra, putri Nabi Muhammad Saw, saat melahirkan putranya, Hasan. Beliau mencukur rambut putranya sesuai perintah ayahnya dan memberikan sedekah berupa perak dengan berat yang sesuai dengan berat rambut bayi yang dicukur. Rasulullah Saw juga pernah bersabda: “Cukurlah rambut bayi dan sedekahkan perak seberat timbangan rambutnya.” (HR. Ahmad: 6/390)

Aqiqah saat Dewasa (Balig), Apakah Boleh Dilakukan?

Saat membahas apakah aqiqah boleh dilakukan saat seseorang sudah dewasa, perlu dicatat bahwa aqiqah adalah tindakan yang dilakukan atas kelahiran seorang bayi. Proses ini memiliki makna dan tujuan tersendiri dalam Islam, yaitu sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT atas anugerah kelahiran. Oleh karena itu, konsep aqiqah tidak dapat diterapkan pada seseorang yang sudah dewasa, karena kelahiran telah terjadi pada masa lampau.

Jika seseorang ingin melakukan tindakan serupa sebagai bentuk syukur atau sebagai bentuk amal kebaikan lainnya saat sudah dewasa, hal tersebut bisa disebut sebagai sedekah atau ibadah lainnya yang memiliki nilai baik dalam Islam, tetapi bukan sebagai aqiqah. Aqiqah memiliki konteks khusus yang terkait dengan kelahiran dan ritual keagamaan pada saat itu.

Berdasarkan hadis Nabi Muhammad Saw, aqiqah seharusnya dilakukan pada salah satu dari tiga waktu yang telah ditentukan, yaitu pada hari ketujuh, ke-14, atau ke-21 dari hari kelahiran bayi. Ini adalah waktu yang telah diatur oleh sunah Nabi dan dianjurkan oleh banyak ulama. Proses aqiqah melibatkan penyembelihan hewan, mencukur rambut bayi, dan memberikan nama kepada bayi tersebut sebagai tanda syukur kepada Allah SWT.

Meskipun tradisi aqiqah telah ditetapkan dalam Islam, ada pandangan yang berbeda dalam hal apakah aqiqah boleh dilakukan saat seseorang sudah dewasa atau balig. Sejumlah tabiin (generasi setelah Sahabat Nabi) dan ulama seperti ‘Atha’, Al-Hasan Al-Bashir, dan Ibnu Sirin berpendapat bahwa aqiqah boleh dilakukan saat seseorang sudah dewasa, bahkan oleh dirinya sendiri, tanpa keterlibatan orang tua.

Pendapat ini juga dikuatkan oleh Imam Syafi’i, Imam Al-Qaffal Asy-Syasyi (Mazhab Syafi’i), dan riwayat dari Imam Ahmad yang mengatakan bahwa seseorang yang tidak di aqiqahkan saat masih anak-anak boleh melakukannya sendiri ketika sudah dewasa.

Mereka merujuk pada hadis yang menyatakan bahwa Rasulullah Saw mengaqiqahkan dirinya sendiri setelah diangkat sebagai Nabi, yang dikutip dari hadis Anas yang berbunyi: “Rasulullah mengaqiqahi diri sendiri setelah beliau diangkat sebagai Nabi, yakni setelah turunnya surat Al-Baqarah.” Namun, perlu dicatat bahwa hadis ini dianggap dhaif atau tidak sahih oleh sebagian besar ulama hadis.

Di sisi lain, ulama yang berpegang pada perspektif tradisional, termasuk Imam Syafi’i, berpendapat bahwa aqiqah adalah kewajiban orang tua atau wali yang menanggung tanggung jawab anak. Mereka berargumen bahwa aqiqah berkaitan erat dengan prosesi mencukur rambut bayi dan memberikan nama kepadanya, yang menjadi tanggung jawab orang tua.

Mereka berpendapat bahwa ketika seseorang sudah dewasa atau balig, maka tanggung jawab tersebut telah terpenuhi, dan tidak perlu lagi melaksanakan aqiqah untuk diri sendiri. Mereka juga menyatakan bahwa hadis yang digunakan sebagai dasar argumen pertama tidak sahih.

Meskipun ada pandangan yang berbeda dalam hal aqiqah saat seseorang sudah dewasa atau balig, mayoritas ulama cenderung mengikuti pendapat tradisional yang menekankan bahwa aqiqah adalah tanggung jawab orang tua atau wali yang menanggung. Meskipun ada riwayat hadis yang menyebutkan bahwa Rasulullah Saw mengaqiqahkan dirinya sendiri, keabsahannya masih diperdebatkan dalam ulama hadis.

Penting untuk mencari panduan dari ulama yang terkemuka dan memahami konteks aqiqah sebagai bentuk syukur kepada Allah atas kelahiran bayi. Dalam prakteknya, aqiqah biasanya dilakukan oleh orang tua bayi dan tidak umum dilaksanakan oleh seseorang yang sudah dewasa.

AQIQAH SAAT DEWASA APAKAH DIPERBOLEHKAN?

AQIQAH SAAT DEWASA APAKAH DIPERBOLEHKAN?

 

AQIQAH SAAT DEWASA APAKAH DIPERBOLEHKAN?

“Semua anak tergadaikan dengan aqiqahnya yang disembelihkan pada hari ketujuh, dicukur rambutnya, dan diberikan nama.” (HR Ahmad)

Sebelum masuk kepembahasan mengenai aqiqah saat dewasa tentu kita harus mengetahui makna aqiqah itu sendiri, Aqiqah adalah salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam dan dapat dilakukan oleh orang tua saat kelahiran bayi. Aqiqah dilakukan dengan menyembelih seekor hewan kurban, baik kambing atau domba lalu dagingnya disalurkan untuk dibagikan kepada tetangga saudar dan orang yang membutuhkan.

Berikut adalah beberapa tata cara aqiqah yang sesuai dengan sunnah:

Waktu Pelaksanaan Aqiqah

Aqiqah sebaiknya dilaksanakan pada hari ke-7 setelah kelahiran anak. Namun, jika tidak memungkinkan, bisa dilakukan pada hari ke-14 atau ke-21 setelah kelahiran.

Jenis Hewan Aqiqah

Hewan yang biasanya digunakan untuk aqiqah adalah kambing atau domba.

Jumlah Hewan Aqiqah

Untuk setiap bayi yang lahir, disunnahkan untuk menyembelih dua ekor kambing atau domba untuk anak laki-laki dan satu ekor untuk anak perempuan.

Penyembelihan Hewan Aqiqah

Penyembelihan hewan aqiqah harus dilakukan dengan cara yang benar, yaitu dengan mengucapkan nama Allah SWT, dan dengan memotong tenggorokannya secara sempurna.

Pemotongan Daging Hewan Aqiqah

Setelah penyembelihan, daging hewan aqiqah harus dibagi menjadi tiga bagian, yaitu untuk keluarga, tetangga dan orang-orang yang membutuhkan.

Pemberian Nama Anak

Setelah aqiqah dilaksanakan, anak tersebut diberi nama sesuai dengan yang dikehendaki oleh kedua orang tuanya.

Sedekah

Setelah aqiqah dilaksanakan, dianjurkan untuk memberikan sedekah sebagai tanda syukur atas kelahiran anak.

Aqiqah adalah sebuah ritual yang umumnya dilakukan pada saat seorang bayi lahir. Ritual ini melibatkan penyembelihan hewan kambing dan pemberian makanan kepada orang-orang yang membutuhkan. Tujuannya adalah untuk merayakan kelahiran bayi dan juga sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT.

Namun, jika seseorang sudah dewasa dan belum pernah melaksanakan aqiqah, maka dia masih dapat melakukannya. Aqiqah dapat dilakukan kapan saja selama seseorang masih hidup dan mampu melaksanakannya.

Namun, perlu diingat bahwa aqiqah yang dilakukan pada saat dewasa mungkin tidak memiliki makna yang sama seperti aqiqah yang dilakukan pada saat bayi lahir. Namun, jika seseorang ingin melaksanakan aqiqah saat dewasa, itu adalah suatu amalan yang baik dan dianjurkan dalam Islam.

paket nasi box aqiqah

 

 

lihat juga promo aqiqah plus : Diskon hingga 1 juta